bertanam jahe...

salam jejak malin,
Jahe
Zingiber officinale - Köhler–s Medizinal-Pflanzen-146.jpg
Status konservasi
Aman
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Monocots
(tidak termasuk) Commelinids
Ordo: Zingiberales
Famili: Zingiberaceae
Genus: Zingiber
Spesies: Z. officinale
Nama binomial
Zingiber officinale
Roscoe[1]

 

Sejarah

Jahe diperkirakan berasal dari India. Namun ada pula yang mempercayai jahe berasal dari Republik Rakyat Cina Selatan. Dari India, jahe dibawa sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, hingga Timur Tengah. Kemudian pada zaman kolonialisme, jahe yang bisa memberikan rasa hangat dan pedas pada makanan segera menjadi komoditas yang populer di Eropa.
Karena jahe hanya bisa bertahan hidup di daerah tropis, penanamannya hanya bisa dilakukan di daerah katulistiwa seperi Asia Tenggara, Brasil, dan Afrika. Saat ini Equador dan Brasil menjadi pemasok jahe terbesar di dunia.

Ciri morfologis

Tanaman Jahe
Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15 hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun berbulu halus.
Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua.

Pengolahan dan pemasaran

Rimpang jahe, terutama yang dipanen pada umur yang masih muda tidak bertahan lama disimpan di gudang. Untuk itu diperlukan pengolahan secepatnya agar tetap layak dikonsumsi. Untuk mendapatkan rimpang jahe yang berkualitas, jahe dipanen pada umur tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua.
Jahe segar Selain dipasarkan dalam bentuk olahan jahe, juga dipasarkan dalam bentuk jahe segar, yaitu setelah panen, jahe dibersihkan dan dijual kepasaran.
Terdapat beberapa hasil pengolahan jahe yang terdapat di pasaran, yaitu:
  • Jahe kering
  • Awetan jahe
  • Jahe bubuk
  • Minyak jahe
  • Oleoresin jahe

Jahe kering

Merupakan potongan jahe yang dikeringkan dengan irisan memotong serat irisan tipis (digebing). Jenis ini sangat populer di pasar tradisional.

Awetan jahe

Merupakan hasil pengolahan tradisional dari jahe segar. Yang paling sering ditemui di pasaran adalah, tingting jahe (permen jahe), acar, asinan, sirup, dan jahe instan. Beberapa jenis olahan jahe ini disukai konsumen dari daerah Asia dan Australia.

Bubuk jahe

Merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari jahe menggunakan teknologi industri, jahe dikeringkan selanjutnya digiling dengan kehalusan butiran bubuk yang ditentukan. Bubuk jahe diperlukan untuk keperluan farmasi, minuman, alkohol dan jamu. Biasanya menggunakan bahan baku jahe kering.

Oleoresin jahe

Adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe. Bentuknya berupa cairan cokelat dengan kandungan minyak asiri 15 hingga 35%.

Habitat

Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter.
Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500 hingga 3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembap dengan PH 5,5 hingga 7,0 dan unsur hara tinggi. Tanah yang digunakan untuk penanaman jahe tidak boleh tergenang.

Varietas

Terdapat tiga jenis jahe yang populer di pasaran, yaitu:

Jahe gajah/jahe badak

Merupakan jahe yang paling disukai di pasaran internasional. Bentuknya besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang berwarna kuning hingga putih.

Jahe kuning

Merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu masakan, terutama untuk konsumsi lokal. Rasa dan aromanya cukup tajam. Ukuran rimpang sedang dengan warna kuning.

Jahe merah

Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak atsiri tinggi dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Ukuran rimpangnya paling kecil dengan kulit warna merah, serat lebih besar dibanding jahe biasa.

Produk jahe


Jahe biasanya digunakan untuk meredakan masuk angin.
Di masyarakat barat, ginger ale merupakan produk yang digemari. Sementara Jepang dan Tiongkok sangat menyukai asinan jahe. Sirup jahe disenangi masyarakat Tiongkok, Eropa dan Jepang.
Di Indonesia, sekoteng, bandrek, dan wedang jahe merupakan minuman yang digemari karena mampu memberikan rasa hangat di malam hari, terutama di daerah pegunungan.
Referensi
  1. ^ "Zingiber officinale information from NPGS/GRIN". www.ars-grin.gov. Diakses pada 3 Maret 2008.
Bacaan lanjutan
  • Harmono, STP dan Drs Agus Andoko, Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe, Penerbit Agromedia Pustaka, 2005.
  • Rujukan http://id.wikipedia.org/wiki/Jahe


pengalaman saya bertanam jahe..

bertanam jahe saya mulai beriringan dengan bertanam terong..disela-selah pohon terong tersebut saya tanami jahe yang sebagai medianya karung tepung dan karung gula..
cara ini saya ketahui dari ibu dan ibu mengetahui dari orang lain. hehe...panjang sekali alur pengetahuannya ya...ngak apa-apa yang penting berhasil dan bermanfaat...
singkat cerita setelah membeli seluruh alat-alat yang dibutuhkan..mulai dari bibit jahe 2 kg @ 18.000,00 (mahal juga ya) sampai karung tepung dan gula ( kebetulan bisa minta sama saudara yang jualan PMD) hitung- hitung ngirit modal.
pupuk yang disiapkan adalah pupuk kandang (kotoran sapi ) kemudian sekam padi dari penggilingan..
seharusnya pakai sekam padi pas mencampur pupuk dengan tanah serta kotoran ternak tapi karena sudah tidak sabaran saya cuma campurkan kotoran sapi sama tanah dengan perbandingan 3 : 1 untuk tanah dan kotoran ternaknya. setelah pupuknya selesai diaduk kemudian diletakkan kedalam karung ditengah-tengah pengisian saya masukkan bibit jahe tadi sekitar 4 sampai 5 biji kemudian diteruskan pengisian pupuk kandang yang telah bercampur tanah tadi kedalam karung

date Senin, 22 Oktober 2012

0 komentar to “bertanam jahe”

Leave a Reply: